Senin, 16 Desember 2013

Referensi Spektrofotometer


 DEFINISI    
     Spektrofotometer merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
       Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinan dihamburkan, diabsorbsi ataupun spektroskopi emisi.
     Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
         Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:


Sebagai gelombang
Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

     Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.

JENIS-JENIS
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

            Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.

Tugas masing masing yaitu :


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer



UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang   berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
Kepekaan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
Detektor foto (Photo detector)
Photocell, misalnya CdS.
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:                                                         
1. Spektrofotometri Vis (Visible)                    
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22 oC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri  UV (Ultraviolet)                                                                                    
Berbeda dengan spektrofotometri  visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi.        
3.Spektrofotometri UV-Vis                                                                                                   
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber beer:
                                    A = - log T      = ε.b.c
Dimana :          
A = Absorbans                                                                                                 
T = Transmitan                                                                                                        ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)                                            
c = panjang sel (cm)                                                                                            
b = konsentrasi zat (mol/jam)

Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day dan Underwood, 1986).

4. Spektrofotometri   Inframerah                                                                                              
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap  serapan  pada  panjang  gelombang  tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus fungsi spesifik.



Penadahan
Panjang Gelombang
Frekwensi, Hz
Bilangan Gelombang cm-1
Satuan umum
Meter
Sinar – X
10 y – 104 Ǻ
10-12 – 10-8
1020 – 1016
Ultra ungu jauh
10 – 200 nm
10-2 – 2x10-7
1016 – 1015
Ultra ungu dekat
200 – 400 nm
2x10-7 – 4,0x10-7
1015 – 7,5x10-4
Sinar tampak
400 – 750 nm
4,0x10-7 – 7,5x10-7
7,5x1014 – 4x1014
25000 – 13000
Inframerah dekat
0,75 – 2,5 µm
7,5x10-7 – 2,5x10-6
4x1014 – 1,2x1014
13000 – 4000
Inframerah pertengahan
2,5 – 50 µm
2,5x10-6 – 5,0x10-5
1,2x1014 – 6x1012
4000 – 200
Inframerah jauh
50 – 1000 µm
5,0x10-5 – 1x10-3
6x1012 – 1011
200 – 10
Geombang mikro
0,1 – 100 cm
1x10-3 – 1
10– 108
10 – 10-2
Gelombang radio
1 – 1000 m
1 - 103
108 - 105




 

Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensif IR, terhadap panjang gelombang. Untuk identisifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standar.

Berdasarkan berkas sinar diatas, maka spektrofotometer dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)        Spektrofotometer single beam
Sengle beam instrumen dapat digunakan untuk kuantitatif dengan megukur absorbansi pada panjang gelomang tunggal. Panjang gelombang paling rendah adalah 190-210 nm dan paling tinggi adalah 800-1000 nm.
2)        Spektrofotometer double beam
Spektrofotometer double beam dapa mengukur dua larutan yaitu larutan contoh dan larutan pembanding. Spektrofotometer double beam nilai blanko dapat langsung diukur dengan larutan yang dirugikan dalam satu kali.

 

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca.
(Hadi, 2009)

Unsur-unsur penting suatu spektrofotometer, yaitu:
Sumber energi radiasi yang kontinue dan meliputi daerah spektron
Monokromator
Wadah untuk sampel
Defektor: transducer yang mengubah energi radiasi menjadi isyarat listrik.
Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok diamati
Sistem pembacaan yang mempertunjukkan besar isyarat listrik (indikator)

Skema spektrofotometer

larutan

defektor
 




indikator

penguat

penukar

sumber

monokromator
         

defektor

larutan
         
 



Suatu larutan yang mempunyai warna khas dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang ttt. Suatu sinar bila mengenai suatu media, intensitasnya akan berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya serapan dabn sebagian kecil dipantulkan oleh media. 
(R.A. Day,1989: 397-403)
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva standar yang menghubungkan antara konsentrasi sampel dengan absorbansinya. Larutan sampel yang digunakan memiliki lima konsentrasi yang berbeda. Lima konsentrasi tersebut diukur panjang gelombangnya untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya. 
Transmitasi (T) sering dinyatakan dengan presentase (% T), dimana:
T = P/Po
Absorbansi (A) suatu larutan dinyatakan dengan persamaan:
A = - log T = log P/Po
Berbeda dengan transmitasi, absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar. Dengan kata lain, absorbansi (A) adalah besarnya intensitas sinar yang diserap suatu medium. Absorbansi tergantung pada jarak yang dijalani oleh radiasi meleati larutan, panjang gelombang radiasi dan sifat jenis zat molekular dalam larutan. Faktor-faktor  yang mempengaruhi absorbansi yaitu jenis pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan zat pengganggu. Penyimpanannya jika zat pewarna mengion, berdisosiasi atau berasosiasi dengan larutan serta membentuk ion kompleks yang posisinya bergantung pada konsentrasi dan cahaya tidak monokromatis.
(Hedayana dkk, 1994: 145)

Hukum lambert menyatakan bahwa cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya.
Hukum Beer menyatakan bahwa intensitas cahaya berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. Hukum Beer hanya digunakan tepat untuk radiasi monokromatis dan sifat macam zat yang menyerap diatas jangkauan konsentrasi yang bersangkutan.
(Denney, 1994)
Lambert-Beer mengamati hubungan antara intensitas sinar (monokromatis) mula-mula dengan intensitas sinar (monokromatis) setelah melalui media, yang persamaannya:
                   Log Io/It = ebc

Dimana,
Io = Intensitas mula-mula
It = Intensitas setelah melalui media
e = absorbtivitas molar
b = tebal media / larutan
c = konsentrasi larutan

dari persamaan teresebut, log (Io/It) merupakan absorbansi (A). Grafik antara absorbansi dengan konsentrasi media larutan berwarna berupa garis lurus yang melalui pusat sumbu. 
(Tim Kimia Dasar, 2011: 8-9)

  


C
 



Dari grafik diatas, dapat dilihat hubungan konsentrasi (C) dan absorbansi (A) berbanding lurus, yaitu semakin besar konsentrasi maka absorbansi semakin besar.
(R.A. Day, 2002: 994)
Agar perubahan absorbansi oleh perubahan konsentrasi lebih sensitif dan lebih cepat, maka panjang gelombang dengan serapan maksimum.
                                                                                      (Tim Kimia Dasar, 2011: 9)

Syarat-syarat penggunaan Hukum Beer
Syarat Konsentrasi
Syarat Kimia
Syarat Cahaya
Syarat Kejernihan
(Keenan dkk, 1996)
Penyimpangan Hukum Lambert-Beer
Alur absorbansi versus konsentrasi molar akan berupa tidak linier sepanjang seluruh jangka konsentrasi
Nilai e tidak tergantung pada sifat dasar spesies penyerap dalam larutan dan panjang gelombang radiasi karena tidak mampu mengawasi kedua aspek tersebut.
Nilai e untuk suatu zat dalam larutan berubah dengan perubahan indeks bias yang tergantung pada konsentrasi
Radiasi yang relatif kuat yang melalui suatu medium yang hanya mengandung  sedikit molekul penyerap, dimungkinkan molekul tereksitasi  ke keadaan energi yang lebih tinggi oleh sebagian foton yang tersedia sehingga tidak ada peluang untuk absorbansi lanjut
Karakteristik instrumen yang disebabkan efek kelebihan defektor ketidaklinieran pengganda dan piranti kaca serta ketidakstabilan sumber-sumber radiasi atau cahaya
Radiasi polikromatik yang menyebabkan lapisan kedua tidak akan menyerap fraksi radian yang sama seperti lapisan pertama
(Hadyana, 1992)
Hukum Lambert-Beer mengindikasikan bahwa absorbtivitas adalah konsentrasi yang konstan, panjang gelombang yang kecil dan intensitas radiasi. Hukum tersebut tidak menyinggung efek dari temperatur (suhu), panjang gelombang dan sifat alamiah yang terlarut. Dalam prakteknya, temperatur ditemukan hnaya sebagai efek kedua, jika tidak mengubah skala luas. Konsentrasi larutan akan berubah sedikit dengan perubahan temperatur karena perubahan volume.
(Galen, 1994: 58)
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada tabel berikut ini :



Panjang gelombang
Warna terlihat
Warna komplementer
<400
Ultraviolet
-
400-450
Violet
Kuning
450-490
Biru
Jingga
490-550
Hijau
Merah
550-580
Kuning
Ungu
580-650
Jingga
Biru
650-700
Merah
Hijau
>700
Inframerah

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
http://heryoverkill.blogspot.com/2011/04/acara-4-penentuan-konsentrasi-zat.html

 

Botol Timbang (Weight bottle)

Biasanya digunakan di dalam menentukan kadar air suatu bahan. selain itu digunakan untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama untuk bahan cair dan pasta.
Botol semprot digunakan untuk membilas peralatan kimia lain atau proses pengenceran dalam suatu wadah misal pengenceran di labu ukur, erlenmeyer,dsb
Pipet tetes (Drop pipette)
Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet.
Fungsi                  : untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
Kelebihan             : memiliki karet hisap diatasnya,sehingga mudah
dalam pengambilan larutan
Kekurangan          : tidak dilengkapi dengan skala, hanya digunakan
untuk mengambil cairan dengan ukuran tetesan sehingga pada saat mengambil cairan tidak dapat langsung diukur volumenya
. Labu Ukur (Volumetric flash)
Berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup; terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. di bagian leher terdapat lingkaran graduasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Ukurannya mulai dari 1 mL hingga 2 L.
Fungsi                  : untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
dan mengencerkan larutan dengan keakurasian yang tinggi.
Kelebihan             :dapat menunjukkan dengan tepat volume cairan
pada suhu tertentu kerena leher labu ukur di buat relative sempit hingga sedikit perubahan volume cairan akan menyebabkan perbedaan ketinggian cairan. Dengan demikian kesalahan yang di buat pada penyesuaian meniskus cairan dengan tanda batas volume akan sangat kecil. Adanya tutup dan jarak antara tanda batas volume dan mulut labu ukur adalah relatif besar agar masih terdapat cukup ruang untuk mengocok cairan dalam labu itu.
Kekurangan          :sulit dalam membersihkan bagian dalam labu ukur
Spektrofotometer
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Spektrophotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.[1] Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.[2] Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.[1][2]
Jenis-jenis[sunting sumber]
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer double-beam.[3] Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan.[3] Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilaiblanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.[3] Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).[4] Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko.[5] Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.[5]
2.1.   Karakteristik kalium bikromat
Kalium bikromat merupakan zat berkristal jingga kemerahan, mempunyai titik leleh 397 oC, kelarutan dalam air 5 g/100 mL pada 0 oC, dan 102 g/100 mL pada 100 oC. Pembentukan kalium bikromat berdasarkan reaksi oksidasi yang terjadi antara kromium (III) oksida dan kalium hidroksida.
Ciri-ciri  Kalium Bikromat
Kalium bikromat, K2Cr2O7 dengan massa molekul 294,21 g/mol, dimana tersusun atas unsur Cr35,36%; unsur K 26,58%; unsur O 38,07%.  Kristal kalium bikromatberwarna merah jingga, tidak higroskopis, berbeda dengan natrium bikromat.  Kristalnya biasanya berbentuk prisma, sistem kristal triklinik pinacoidal, dan dapat beralih kebentuk monoklinik pada 241,6  o.  Kelarutannya besar yaitu 100 L 65/cu ft; mp 398 o;  panas lebur 29,8 ocal/g; titik didih 62,5 cal/g; titik labil spesifik pada  16o – 98 o.  Kelarutan kalium bikromat di dalam air pada 0o : 4,3 %, 20O : 11,7%, 40O : 29,9%, 60O : 31,3% 80: 42,0%, 100O : 50,2%.  Pada reaksi dengan asam 1% pH larutan 4,04 dan untuk asam 10% pH larutan yaitu 3,57 (Budavari, 1984).
Kalium bikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+
            Cr2O72-  +  H+  +  6e                   2Cr  +  7H2O  E= 1,33V
Karena daya oksidasinya yang lebih kecil, kalium bikromat tidak seluas KMnO4maupun Ce(IV) penggunaanya.  Hal ini juga disebabkan karena beberapa reaksinya yang lambat.  Namun kalium bikromat berguna sekali karena larutannya stabil tak terhingga, tidak bereaksi dengan inert terhadap Cl, tersedia dengan kemurnian yang sangat tinggi sehingga bermutu sebagai bbp.  Selain itu juga mudah diperoleh dan murah (Harjadi, 1993).




                  2.1.2.      Manfaat Kalium Bikromat
Manfaat Kalium Bikromat adalah untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah sedang tidak mempengaruhi titrasi ini.  Penggunaan lain merupakan cara umum untuk penentuan oksidator yang diberi larutan baku Fe2+ berlebih, disusun dengan titrasi kembali kelebihan Fe2+ itu, cara ini digunakan dengan hasil baik untuk antara lain nitrat, klorat, permanganat, bikromat dan peroksida organik (Harjadi, 1993).
            Kristal mutu komersial biasa atau mutu bahan baku dapat dipakai untuk banyak keperluan, perlakuan sebelumnya hanya mencakup pengeringan pada 105o – 200oC.  Bila dikehendaki ketelitian lebih tinggi, bahan dapat dikristal ulang 2-3 kali dari larutan air biasa dan sudah menjamin dengan hasil mutu tinggi.  Warna Cr2O72- jingga tetapi tidak cukup digunakan sebagai petunjuk titik akhir titrasi.  Diperlukan indikator luar, suatu indikator redoks, yaitu suatu zat yang dapat dioksidasi/direduksi dan warna sebagi akibat reaksi tersebut.  Dengan perkataan lain, bentuk oksidator redoks berbeda warna.  Auantuk titrasi Fe2+ dengan Cr2O72- dipakai indikator asam difenilamin sulfonat.  Perubahan warnanya ialah dari hijau (ion Cr3+) menjadi violetnya indikator yang teroksidasi (Harjadi, 1993).
   Kalium bikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai kegunaan luas bagi kehidupan kita sekarang ini.  Contoh dari penggunaaan kalium bikromat yang umum kita jumpai yaitu pada industri penyamakan kulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan untuk baterai serta depolarisator pada sel kering.
Namun dibalik itu semua kalium bikromat juga mempunyai pengaruh negatif terutama bagi internal tubuh manusia. Pengaruh negatif itu diantaranya yaitu merupakan bahan racun, untuk orang yang bekerja diindustri dapat menyebabkan nanah, koreng pada tangan, merusak atau menghancurkan selaput lendir dan sekat pada lubang hidung (Budavari, 1984).
Penggunaan lain dari kalium bikromat antara lain penyamakan pada kulit, bahan celup pada lukisan, hiasan pada porselin, percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, lajan, spon, dan untuk baterai, serta depolarisator pada sel kering (Budavari, 1984).



2.2.   Sintesis kalium bikromat
               2.2.1.   Oksidasi krom(III) menjadi krom(VI)
Sebagai akibat dari penambahan larutan natrium hidroksida pada ion heksaaquokrom(III) menghasilkan larutan ion heksahidroksokromat(III) yang berwarna hijau.

Larutan ion heksahidroksokromat(III) yang berwarna hijau kemudian di oksidasi dengan memanaskan larutan tersebut dengan larutan hidrogen peroksida. Setelah itu kamu akan memperoleh larutan berwarna kuning terang yang mengandung ion kromat(VI).

Persamaan untuk tahap oksidasi adalah:

               2.2.2.   Beberapa sifat kimia krom(VI)
Kesetimbangan kromat(VI)-dikromat(VI)
Kamu mungkin lebih terbiasa dengan ion dikromat(VI) yang berwarna jingga, Cr2O72-, dibandingkan dengan ion kromat(VI) yang berwarna kuning, CrO42-.
Perubahan antara keduanya adalah sesuatu hal yang mudah.
Jika kamu menambahkan asam sulfat encer pada larutan yang berwarna kuning maka larutan tersebut akan berubah menjadi berwarna jingga. Jika kamu menambahkan natrium hidroksida ke dalam larutan jingga maka larutan tersebut berubah menjadi kuning.

Reaksi kesetimbangan pada pusat interkonversi adalah:

Jika kamu menambahkan ion hidrogen berlebih, kesetimbangan bergeser ke kanan. Hal ini sesuai dengan prinsip Le Chatelier.

Jika kamu menambahkan ion hidroksida, maka ion hidroksida akan bereaksi dengan ion hidrogen. Kesetimbangan cenderung ke arah kiri untuk menggantikannya.

               2.2.3.   Pembuatan kristal dikromat(VI)
Kristal kalium dikromat dapat dibuat dengan mengkombinasikan reaksi yang akan kita lihat pada halaman ini.
Berawal dari sumber ion kromium(III) seperti larutan kromium klorida:
Kamu tambahkan larutan kalium hidroksida untuk menghasilkan endapan hijau-biru dan kemudian larutan hijau tua yang mengandung ion [Cr(OH)6]3- Hal ini akan dijelaskan dengan lebih mendalam pada halaman berikutnya. Harap diperhatikan bahwa kamu harus menggunakan kalium hidroksida. Jika kamu menggunakan natrium hidroksida, maka akan berakhir dengan pembentukan natrium dikromat(VI).
Sekarang kamu oksidasi larutan ini dengan cara memanaskannya dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida. Larutan berubah menjadi kuning menunjukkan pembentukan kalium kromat(VI). Reaksi ini juga dijelaskan secara lebih mendalam pada halaman berikutnya.
Semua yang berada pada bagian sebelah kiri mengubah larutan kalium kromat(VI berwarna kuning menjadi larutan kalium dikromat(VI) yang berwarna jingga. Kamu dapat mengingatnya bahwa hal ini terjadi dengan penambahan asam. Hal ini untuk mengingatkan bagian yang telah disebut di atas jika kamu melupakannya.
Sayangnya terdapat sebuah masalah. Kalium dikromat akan bereaksi dengan kelebihan hidrogen peroksida kemudian selanjutnya memberikan prakarsa pada pembentukan larutan biru tua yang tidak stabil dan sejak itu terbentuk ion kromium(III) lagi! Untuk memecahkan masalah ini, kamu terlebih dahulu harus menghilangkan kelebihan hidrogen peroksida.
Hal ini dapat dilakukan dengan mendidihkan larutan. Hidrogen peroksida terdekomposisi pada pemanasan dengan menghasilkan air dan oksigen. Larutan dididihkan sampai tidak terbentuk lagi gelembung gas oksigen yang dihasilkan. Larutan dipanaskan lebih lanjut untuk memekatkannya, dan kemudian asam etanoat pekat ditambahkan untuk mengasamkannya. Kristal kalium dikromat yang berwarna jingga terbentuk melalui proses pendinginan.
               2.2.4.   Reduksi ion dikromat(VI) dengan seng dan asam
Ion dikromat(VI) (sebagai contoh, pada larutan kalium dikromat(VI)) dapat di reduksi menjadi ion krom(III) dan kemudian menjadi ion krom(II) dengan menggunakan seng dan salah satu diantara asam sulfat encer atau asam klorida.
Hidrogen dihasilkan dari reaksi antara seng dengan asam. Hidrogen harus dibiarkan keluar, tetapi kamu perlu untuk tetap menjaga agar udara tidak terlibat dalam reaksi. Oksigen di udara me-re-oksidasi krom(II) menjadi krom(III) dengan cepat.
Suatu hal yang mudah untuk meletakkan sedikit kapas mentah pada bagian atas labu (atau tabung reaksi) selama kamu mengunakannya. Hal ini dilakukan untuk menyediakan jalan keluar bagi hidrogen, tetapi menghentikan udara yang mengalir berlawanan dengan aliran hidrogen.

Alasan untuk membubuhkan tanda kutip pada ion krom(III) adalah untuk penyederhanaan. Khuluk yang pasti yang dimiliki oleh ion kompleks akan tergantung pada asam yang kamu gunakan pada proses reduksi. Hal ini sudah didiskusikan pada bagian awal halaman ini.
Persamaan untuk dua tahap reaksi adalah:
Untuk reduksi dari +6 menjadi +3:

Untuk reduksi dari +3 menjadi +2:
                  
                   
                   
               2.2.5.   Penggunaan kalium dikromat(VI)
sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik
Larutan Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik. Hal ini beralasan karena larutan kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer merupakan agen pengoksidasi yang kuat disamping memiliki kekuatan yang mampu menjadikan senyawa organik menjadi terpotong-potong! (larutan kalium manganat(VII) juga memberikan kecenderungan yang sama).
Larutan Kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer digunakan untuk:
         Mengoksidasi alkohol sekunder menjadi keton;
         Mengoksidasi alkohol primer menjadi aldehid;
         Mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat;
Sebagai contoh, dengan etanol (alkohol primer), kamu dapat memperoleh salah satu antara etanal (aldehid) atau asam etanoat (asam karboksilat) tergantung pada kondisinya.
         Jika kelebihan alkohol, dan kamu mendestilasi aldehid yang terbentuk, kamu akan memperoleh etanal sebagai produk utama.

         Jika kelebihan agen pengoksidasi, dan kamu tidak membiarkan bagi produk untuk keluar, sebagai contoh, dengan pemanasan campuran dibawah refluk (pemanasan labu dengan menempatkan kondensor secara vertikal pada leher labu) – kamu akan memperoleh asam etanoat.


Dalam kimia organik, persamaan tersebut sering kali disederhanakan untuk proses pemekatan yang terjadi pada molekul organik. Sebagai contoh, dua yang terakhir dapat ditulis:



Oksigen ditulis dengan kurung kuadrat hanya memberikan arti ”oksigen berasal dari agen pengoksidasi”
Penggunaan reaksi yang sama untuk membuat kristal krom alum
Kamu dapat menemukan krom alum dalam berbagai nama yang berbeda
                  Krom alum
                  Kalium krom(III) sulfat
                  Krom(III) kalium sulfat
                  Krom(III) kalium sulfat-12-air
                  Krom(III) kalium sulfat dodekahidratchrome alum dan beragai variasi yang lain!
Kamu juga akan menemukan berbagai variasi rumus kimia krom alum. Sebagai contoh:
                     CrK(SO4)2,12H2O
                     Cr2(SO4)3,K2SO4,24H2O
                     K2SO4,Cr2(SO4)3,24H2O
Rumus yang pertama hanya salah satu bentuk penulisan dan dapat disusun kembali. Secara pribadi, saya lebih suka yang kedua karena sangat mudah untuk dimengerti tentang apa yang terjadi.
Krom alum dikenal dengan double salt (garam ganda). Jika kamu mencampurkan larutan kalium sulfat dan krom(III) sulfat yang memiliki konsentrasi molar yang sama, larutan akan dikira hanya seperti sebuah campuran. Pencampuran ini memberikan reaksi ion krom(III), ion kalium, dan ion sulfat.
Akan tetapi, jika kamu mengkristalkannya, untuk memperoleh campuran kristal kalium sulfat dan krom(III) sulfat, larutan akan mengkristal sebagai kristal yang berwarna ungu tua. Itulah ”krom alum”.
Kristal krom alum dapat dibuat dengan mereduksi larutan kalium dikromat(VI) yang telah diasamkan dengan menggunakan etanol, dan kemudian kristalisasi larutan yang dihasilkan.

Dengan asumsi kamu dapat mengunakan kelebihan etanol, produk organik utama yang akan diperoleh adalah etanal – dan kita perhatikan persamaan di bawah ini:

Persamaan ionik jelas tidak mengandung ion spektator, kalium dan sulfat. Lihat kembali melalui persamaan lengkap:


Jika kamu memperhatikan baris paling atas pada sisi kanan persamaan, kamu akan melihat bahwa krom(III) sulfat dan kalium sulfat diproduksi secara pasti pada proporsi bagian kanan untuk memperolah double salt.
Apa yang kamu lakukan, kemudian, adalah:
Kamu awali dengan larutan kalium dikromat(VI) yang telah ditambahkan sedikit asam sulfat pekat. Larutan kemudian didinginkan dengan meletakkannya dalam es.

Kelebihan etanol ditambahkan secara perlahan sambil diaduk dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Ketika semua etanol telah ditambahkan, larutan dibiarkan sepanjang malam, lebih baik dalam lemari pendingin, untuk kristalisasi. Kristal dipisahkan dari larutan sisa, dicuci dengan sedikit air murni dan kemudian dikeringkan dengan kertas saring.

sebagai agen pengoksidasi dalam titrasi
Kalium dikromat(VI) seringkali digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi(II) dalam larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternatif penggunaan larutan kalium permanganat(VII).


BAB III
PENUTUP
Pembuatan kristal dikromat(VI)
Kristal kalium dikromat dapat dibuat dengan mengkombinasikan reaksi yang akan kita lihat pada halaman ini.
Berawal dari sumber ion kromium(III) seperti larutan kromium klorida:
Kamu tambahkan larutan kalium hidroksida untuk menghasilkan endapan hijau-biru dan kemudian larutan hijau tua yang mengandung ion [Cr(OH)6]3- Hal ini akan dijelaskan dengan lebih mendalam pada halaman berikutnya. Harap diperhatikan bahwa kamu harus menggunakan kalium hidroksida. Jika kamu menggunakan natrium hidroksida, maka akan berakhir dengan pembentukan natrium dikromat(VI).
Sekarang kamu oksidasi larutan ini dengan cara memanaskannya dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida. Larutan berubah menjadi kuning menunjukkan pembentukan kalium kromat(VI). Reaksi ini juga dijelaskan secara lebih mendalam pada halaman berikutnya.
Semua yang berada pada bagian sebelah kiri mengubah larutan kalium kromat(VI berwarna kuning menjadi larutan kalium dikromat(VI) yang berwarna jingga. Kamu dapat mengingatnya bahwa hal ini terjadi dengan penambahan asam. Hal ini untuk mengingatkan bagian yang telah disebut di atas jika kamu melupakannya.

DAFTAR PUSTAKA

http:// Krom _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm
http:// Potassium_dichromate.htm
http:// apa-yang-dimaksud-dengan-kalium-bikromat-57462104102011.htm
http:// Kalium _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar